
AMBON, cahaya-nusantara.com
Komunitas Bahasa Basudara merayakan ulang tahun ke-5 secara serentak di dua tempat berbeda : Kafe Bahasa Basudara, Lateri, Ambon, dan Museum Maluku, Den Haag, Belanda, Minggu (29/6/2025). Perayaan ini bukan sekadar seremoni, tetapi refleksi perjuangan komunitas ini dalam membangun Maluku lewat pengajaran bahasa Inggris gratis yang inklusif dan menyentuh lintas generasi serta kelompok rentan.
Komunitas yang didirikan saat pandemi COVID-19 pada 2020 ini tumbuh menjadi wadah belajar bahasa Inggris yang menjangkau anak muda, orang tua, hingga penyandang disabilitas di Maluku dan diaspora Maluku di seluruh dunia.
“Kami ingin menjadikan bahasa sebagai alat untuk membangun Maluku. Karena itu kami hadir untuk siapa saja, termasuk mereka yang kesulitan secara ekonomi,” ujar Manajer Kafe Bahasa Basudara, Boudewijn Waas, usai acara perayaan di Ambon.
Dari Pandemi Menuju Komunitas Global
Bahasa Basudara memulai langkah dari kelas online gratis. Kini, komunitas ini telah mengeluarkan lebih dari 2.000 sertifikat kelulusan dari sekitar 6.000 peserta yang telah mengikuti kelas-kelasnya.
Tak hanya secara online, Bahasa Basudara juga mewujudkan visinya secara fisik melalui Kafe Bahasa Basudara di Jalan Wolter Monginsidi, Lateri II. Kafe ini menjadi ruang aman dan inklusif untuk belajar, berdiskusi, hingga berbagi cerita tanpa rasa takut dihakimi karena menggunakan bahasa asing atau isyarat.
“Di sini semua bebas berekspresi, mau pakai bahasa Inggris, bahasa isyarat, atau bahasa daerah. Kami ciptakan ruang yang aman untuk semua, termasuk teman-teman disabilitas,” tambah Waas.
Kelas Disabilitas: Terobosan Inklusif
Salah satu capaian istimewa tahun ini adalah terlaksananya kelas bahasa Inggris untuk penyandang disabilitas. Program yang berlangsung selama dua bulan ini bekerja sama dengan Yayasan Rumah Generasi, menyasar peserta tuli, bisu, grahita, dan intelektual.
“Tantangan terbesarnya memang komunikasi. Tapi kami belajar bersama. Di kelas ini ada 10 peserta yang lulus dan mendapat sertifikat, juga dua fasilitator yang turut mendampingi,” kata Waas dengan bangga.
Meski belum bekerja sama langsung dengan pemerintah, Bahasa Basudara telah menjalin kemitraan dengan berbagai kampus di Maluku, seperti Unpatti, UKIM, IAKN, IAIN, Politeknik Negeri Ambon, Poltekkes, dan Universitas Muhammadiyah. Semua kerja sama ini tertuang dalam nota kesepahaman (MoU) yang mendukung pengembangan kapasitas sumber daya manusia Maluku.
Tak hanya itu, pada perayaan ulang tahun kali ini, Solve Education Foundation dari Bandung juga ikut memberikan dukungan dengan mengirimkan tiga laptop sebagai bingkisan masing masing untuk Yayasan Sitania, SMKN 1 Maluku Tengah, dan Komunitas Bahasa Basudara.
Pesan untuk Generasi Muda Jangan Berhenti Belajar.
Menutup perayaan ini, Waas menyampaikan pesan mendalam kepada generasi muda Maluku
“Jangan pernah berhenti belajar. Bahasa itu penting. Kita hidup di dunia digital, semua pakai bahasa Inggris.
Tapi jangan lupa, kita juga harus berkolaborasi. Bangun Maluku tidak bisa sendiri. Harus bersama-sama, supaya dunia tahu Maluku itu hebat.”
Acara ini ditutup dengan foto bersama para peserta dan relawan, baik yang hadir langsung di Ambon maupun yang mengikuti dari Belanda, membuktikan bahwa semangat Basudara melintasi ruang dan waktu.(CN-02)
